Selasa, 24 November 2020
Keragaman dan Kesederajatan yang Terjadi di Indonesia
Sabtu, 24 Oktober 2020
Kecanduan Gawai Pada Anak
Kecanduan Gawai Pada Anak
Kecanduan Narkoba adalah kasus remaja yang pernah menjadi
momok pada masanya. Kali ini muncul kecanduan baru bagi anak yakni kecanduan
gawai. Bermain ponsel, smartphone, dan perangkat elektronik lainnya yang
mendukung akses pada internet saat ini telah menjadi kasus tersendiri bagi
anak-anak yang menjadi perhatian orang tua.
Kecancuan gawai dapat mengakibatkan gangguan jiwa. Kasus ini
sering terjadi dengan tingkat pelaporan yang selalu ada pada setiap bulan pada
salah satu Rumah Sakit Jiwa di Indonesia salah satunya RS. Grhasia. Selalu ada rehabilitasi dan pengananganan bagi
anak yang terlanjur kecanduan gawai. Anak-anak dengan gangguan jiwa ini merasa
tertantang dan akan selalu dalam dunia fantasinya untuk terus bermain dalam
bayangan. Hal ini tentunya tidak baik bagi kesehatan. Selain akan merusak jiwa,
kecanduan gawai dapat membuat pelakuknya menghindar dari kegiatan sosial, merasa
terasingkan, dan tertutup. Pelaku akan menjadi pribadi yang cenderung hidup
dalam dunianya sendiri.
Kecanduan gawai pun dapat terjadi akibat beberapa faktor dintaranya hilangnya perhatian dari orang terdekat seperti orang tua atau keterasingan dari lingkungan sekitar. Hal ini juga dapat dilatarbelakangi akibat kasus pembulian yang nampaknya tidak mudah untuk diakhiri di kalangan anak. Apalagi jika ditambah dengan pengaruh tidak baik dari lingkungan atau anak terlanjur mendapat pengaruh buruk lingkungan. Hal ini tentunya sulit untuk dihindari jika hanya diantisipasi dengan menjauhkan anak dari lingkungan sosialnya.
Perlu ada pendampingan khusus dari ahli jiwa atau
psikolog bagi orang tua dan anak dengan kecanduan gawai. Apalagi di era digitalisasi saat ini dimana manusia dituntut untuk bisa berkembang bersama terknologi bukan diperbudak teknologi. Seluruh elemen, baik pemerintah, keluarga, masyarakat diharapkan dapat bekerja sama mengurangi angka kecanduan gawai pada anak agar kelak generasi muda dapat menjadi pioner penegak dan pembaharuan bangsa.
Sumber :
Anonim. 2020. Diakses dari https://kominfo.go.id/content/detail/13547/kecanduan-gawai-ancam-anak-anak/0/sorotan_media pada 24 Oktober 2020 pukul 23.50 WIB
Ririn, Radian. 2020. "Gangguan Jiwa Akibat Kecanduan Game Pada Gawai". Hasil Wawancara Pribadi : 22 Oktober 2020 : Rumah Sakit Grhasia.
Peradaban Revolusi 4.0 Untuk Guru Masa Kini
Peradaban Revolusi 4.0 Untuk Guru Masa Kini
Guru merupakan
salah satu aspek penting dalam pendidikan. Seorang yang mempu mengelola kata
dan menata hati untuk memberikan ilmu untuk olang lain atau sekedar
menyampaikan pengalaman kehidupan. Meskipun kadang dianggap remeh, peran guru
dalam kelas mewakili proses pencerdasan suatu bangsa. Murid adalah cerminan
pendidikan dari guru. Guru yang bekualitas akan menhasilkan masyarakat yang
terdidikan dan generasi yang mumpuni untuk meneruskan estafet pembangunan
bangsa.
Globalisasi
sendiri merupakan perubahan tatanan kebiasaan masyarakat yang menjadi tantangan
sekaligus peluang bagi guru. Dimana saat ini guru diharapkan lebih kreatif dan
inovatif dalam menyampaikan materi kepada muridnya. Dengan adanya kemajuan
IPTEK. Guru dituntuk untuk mempelajari dan menguasi IPTEK untuk memberikan pengalaman
belajar terbaik untuk muridnya.
Saya
sebagai calon guru biologi sangat tertantang untuk mempelajari proses terbaik
dalam rangka mentransfer ilmu pada murid dengan memanfaatkan perkembangan
teknologi yang dapat diimplementasikan pada kelas saya nanti. Kesulitan dalam
melihat lingkungan maupun objek hidup atau survey lapangan dapat digantikan
dengan teknologi AR. Ya, augmented reality dimana teknologi ini akan
menampilkan reliata nyata dalam bentuk virtual. Sangat menarik apabila kita
dapat menyelam ke Palung Mariana tanpa menggunakan kapal selam atau melihat
ular Sungai Amazon tanpa harus takut dimakan. Lalu ujian yang menegangkan dapat
digantikan dengan permainan yang menyenangkan dengan bebagai aplikasi belajar
saat ini. Pertemuan yang dilakukan secara offline dapat dilakukan secara online
dengan teknologi virtual meeting. Menurut saya ini sangat menyenangkan, mudah,
dan praktis. Saat ini kendala terbesar
adalah bagaimana mensosialisasikan teknologi ini kepada seluruh lapisan
masyarakat Indonesia agar semua anak di Indonesia dapat menikmati kemudahan
ini. Pemerataan pendidikan di Indonesia harus terjadi, tanpa mengekang murid
yang lebih pandai ataupun mendorong murid yang sulit belajar. Keadaan dimana
anak sadar bahwa mereka membutuhkan ilmu harus ditanamkan sedini mungkin
sehingga kelak proses belajar akan menjadi proses yang menyenangkan.
Sumber :
Korelasi Kebudayaan dan Kesejahteraan Masyarakat
Korelasi Kebudayaan dan
Kesejahteraan Masyarakat
Budaya adalah
kebiasaan masyarakat yang tumbuh dan berkembang serta terjaga secara
turun-temurun. Budaya ini merupakan norma yang lahir atas kehendak suatu
kelompok masyarakat dengan mempertimbangkan adat dan kebiasaan kelompok
tersebut. Adanya budaya dapat mengeratkan jalinan kekeluargaan dan
persahabatan. Budaya juga menjadi salah satu faktor untuk suatu masyarakat agar
dapat berkembang. Kemampuan untuk mengolah budaya dapat menjadi kunci utama
dalam memajukan kesejahteraan masyarakat.
Indonesia
merupakan negara kepulauan dengan beragam suku bangsa. Dari banyak suku vangsa
ini, dapat dilihat bahwa masih diantaranya yang memegang teguh budaya dan adat
kebiasaan leluhur. Beberapa bersifat fleksibel dan beberapa diantaranya menolak
dengan adanya suatu pembaharuan. Padahal dapat diketahui bahwa pengelolaan
budaya yang baik serta terbuka dengan perkembangan zaman dapat menjadi kualitas
hidup masyarakat.
Perkembangan
globalisasi dan revolusi Industri membawa seluruh masyarakat dunia pada era
pembaharuan adalah perlunya perspektif yang lebih luas untuk menyikapi perkembangan
dunia yang semakin cepat dan penuh ketidakpastian, yaitu meliputi dimensi
sosial, ekonomi, politik, budaya, lingkungan, spiritual dan berbagai penerapannya
dalam aspek yang lebih rinci lagi
Hal ini pula
yang telah dinyatakan oleh Koentjaraningrat (1990) puluhan tahun lalu yang menjelaskan
bahwa laju modernisasi dan pembangunan di segala bidang, menyebabkan terjadinya
pertumbuhan yang pesat di berbagai sektor kehidupan masyarakat. Pergeseran nilai
sosial budaya, ekonomi dan politik, telah memporak-porandakan sejumlah besar
nilai tradisional yang dahulu merupakan simpul kekuatan yang mengantarkan
masyarakat mencapai survive dari waktu ke waktu.
Dengan toleransi dan pengelolaan
yang optimal dari sebuah kebudayaan akan membawa suatu masyarakat dalam suatu
kemajuan yang berarti. Hal ini menunjukan bahwa budaya dan tradisi merupakan
unsur yang menjadi bagian penting dalam kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
Budaya dan tradisi sangat penting untuk dilestarikan dan dikembangkan di era
globalisasi budaya saat ini yang faktanya banyak memberikan dampak besar dalam
pergeseran budaya dan krisis identitas. Pada sisi lain, budaya dan tradisi
merupakan asset yang berpotensi dalam mewujudkan kesejahteraan.
Sumber :
Koentjaraningrat. (1990). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. PT Gramedia Pustaka Utama
Mahmud, Budiman M. 2018. PENGEMBANGAN BUDAYA MENUJU KESEJAHTERAAN BUDAYA : Pelajaran dari Pengembangan Masyarakat di Saung Angklung Udjo, Bandung, Jawa Barat. Sosio Informa : 4(3), 553-566.
Konsep Nasional Pendidikan Tempo Dulu dan Korelasinya dengan Saat Ini
Pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia yang universal dan tak terputus dari generasi ke generasi. Upaya memanusiakan manusia melalui pendidikan itu diselenggarakan sesuai dengan pandangan hidup dan dalam latar sosial-kebudayaan setiap masyarakat tertentu.
Seiring dengan perkembangan zaman, pendidikan muncul dalam berbagai bentuk dan paham. Dilihat dari sejarahnya, Pendidikan Indonesia dapat dibagi secara urutan waktu yakni jaman pra-kolonial, masa prasejarah dan, masa sejarah, jaman kolonial ketika sistem pendidikan “modern” dari Eropa diperkenalkan, dan jaman kemerdekaan RI yang berlangsung hingga sekarang. Masing-masing jaman memiliki corak dan bentuk tersendiri (Rohman & Wibowo: 2016). Perkembangan zaman dan globalisasi turut mengubah pandangan hidup terkait pendidikan. Perkembangan industry 4.0 turut memberikan peluang dan tantangan bagi pendidikan saat ini. Untuk itu diperlukan antisipasi dan penyesuaian diri dengan berbagai tuntutan dan dinamika perubahan untuk mewujudkan Pendidikan yang lebih baik dan sesuai dengan zamannya.
Jika kita melihat pada perkembangan konsep Pendidikan, menurut Nanang Bagus Subekti dalam Harian SindoNews.com tanggal 23 Maret 2015, pemikiran pendidikan Ki Hadjar Dewantara juga tidak kalah dengan pemikiran dan teori Pendidikan modern. Misalnya, Ki Hadjar Dewantara jauh lebih dulu mengenalkan konsep TriNga yang terdiri dari Ngerti (kognitif), Ngrasa (afektif) dan Nglakoni (psikomotorik) dari Taxonomy Bloom (cognitive, affective, psychomotor) yang terkenal. Konsep-konsep Ki Hadjar Dewantara tersebut diimplementasikan di Tamansiswa yang berdiri 3 Juli 1922, sedangkan Taxonomy Bloom dikenalkan pada tahun 1956 oleh Dr Benjamin Bloom. Ini salah satu bukti jika pemikiran Ki Hadjar Dewantara tidak kalah dengan ilmuwan barat.
Pemikiran Ki Hadjar Dewantara mengenai Pendidikan telah menjadi citra tersendiri bagi sejarah Pendidikan di Indonesia. Konsep pendidikannya menampilkan kekhasan kultural Indonesia dan menekankan pentingnya pengolahan potensi-potensi peserta didik secara terintegratif. Pada titik itu pula, konsep pendidikannya sungguh kontekstual untuk kebutuhan generasi Indonesia pada masa itu. Dengan perkembangan zaman dan didukung dengan perkembangan revolusi industry 4.0, perubahan kebiasaan masyarakat dan pola hidup akan menyebabkan pergeseran kebudaaan masyarakat. Untuk saat ini, konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara masih dapat terus diterapkan, namun diperlukan penyesuaian terhadap perkembangan saat ini. Pendidikan yang bersifat kebangsaan dan nasionalisme selalu dibutuhkan untuk mendidik jiwa merdeka para anak bangsa agar mampu mempertahankan persatuan dan kesatuan serta selalu mencintai tanah airnya sehingga mampu berpikir dan bersikap mandiri demi kemajuan bangsa
Sumber :
Rohmad, Saifur, & Wibowo, Agus. 2016. Filsafat Pendidikan Masa Depan : Kajian Filsafat Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Vebrianto S, Sigit. 2018. Refleksi Nilai- Nilai Pendidikan Ki Hadjar Dewantara Dalam Upaya Upaya Mengembalikan Jati Diri Pendidikan Indonesia. Jurnal Cakrawala Pendas. 4(1), 33-41.